Senin, 19 Agustus 2024

Kematian Hati Nurani

Anwar Anshori Mahdum

Kita semua pasti sepakat, bahwa kebersihan hati dan pikiran adalah syarat utama dalam Islam untuk mendapatkan cinta dan keridhaan Allah. Al-Quran secara tegas menyebutkan pentingnya hati yang bersih dalam mencapai kedekatan dengan-Nya. Dunia dengan segala isinya bahkan kebanggaan akan anak dan keturunan itu sangat penting kita perhatikan. Tetapi kelak ketika menghadap Allah semua itu tidak bisa menjadi jaminan yang mampu menjadi pembela, kecuali setiap kita membawa hati yang bersih (Qolbun salim). Allah berfirman: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.(Qs. 026. Asy Syu'araa'[26]:88-89)

Hati yang bersih adalah hati yang selamat, hati yang terbimbing dengan hidayah Allah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hati yang sehat lebih mengutamakan hal-hal yang bermanfaat daripada hal yang berbahaya. "Hati yang bercahaya akan melahirkan watak terpuji, seperti keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, dan kepemimpinan. Berbeda dengan orang-orang yang hatinya kotor, yaitu hati yang buta dari kebenaran. Ia hanya melihat dengan mata zahir, mengukur kesenangan dengan materil,  kebahagiaan hanya di ukur dengan hal-hal yang sipatnya duniawi, Hatinya hanya terus melayani hasrat-hasrat hewani yang tidak pernah memberikan kepuasan. Dan jika itu terus-terusan terjadi maka mata hati menjadi lupa akan kebesaran dan keagungan Tuhan yang pernah dilihatnya. Akhirnya mata menjadi lebih senang dengan obyek-obyek yang dapat memuaskan syahwat jiwa rendah.

Kenapa mata hati menjadi buta, selain kerena perbuatan maksiat juga karena kuatnya dorongan nafsu yang sulit dikendalikan. Nafsu selalu ingin mengambil bagian dari kehidupan kita. “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Qs. Yusuf [12]:53

Di belakang nafsu yang juga sangat kuat mempengarungi hati adalah setan. Ia selalu menghiasi perbuatan-perbuatan yang keji. Ia menggoda hati untuk memerintahkan anggota tubuh melakukan apa yang diinginkannya. Ia menyerang manusia dari segala penjuru agar manusia tersesat, dan ia bersumpah dihadapan Allah untuk menghiasi manusia dengan kejahatan.“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Qs. Al-A;raf [7]:17

Jika hati telah dikuasai oleh pengaruh setan, maka cermin hati akan menghitam, hilanglah pandangan hati, lemahlah suara akal, ia tidak lagi melihat selain apa yang dilihat oleh nafsunya dan tidak mendengar selain apa yang dibisikan oleh nafsunya, karena hati nuraninya mengalami kematian. Itulah yang di kenal dengan istilah Kematian Hati Nurani.

Kematian hati nurani terjadi ketika ia terkunci mati. Hati tidak lagi menjadi pembuka pintu kearifan, pemandu perilaku, dan penyuluh kebenaran. Ketika hati nurani sudah mati, maka manusia akan kehilangan sifat kemanusiaan yang utama, bahkan lebih nista dari binatang, seperti yang di gambarkan Allah dalam Alquran (Al-A'raf [7]: 179) 

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Qs.Al-A'raf [7]: 179)

Dalam ayat ini Allah menggambarkan, bahwa orang-orang yang telah buta mata hatinya di ibaratkan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mata hati mereka sudah tertutup sehingga tidak mampu lagi melihat kebenaran yang begitu nampak. Semua itu terjadi akibat nafsu duniawi yang tak mampu di kendalikan. Karena hati nurani telah mati, musibah yang datang silih bergantipun tidak membuat manusia insaf dan sadar diri.

Sangat sering kita saksikan, banyak orang yang menguasai teori ilmu, terkenal, bahkan dihormati sebagai ilmuwan dan ulama, namun kehilangan potensi hati nurani. Bashirahnya tertutup limbah dunia, membuat cahayanya tak tembus menerangi jalan. Seperti para koruptor yang memiskinkan rakyat dan menguras kekayaan bangsa untuk kepentingan diri sendiri dan golongannya, mereka adalah para pengkhianat rakyat yang mati rasa. Juga mereka yang memproduksi siaran-siaran cabul di berbagia media, menyiarkan kebebasan seks, membuka rumah prostitusi, memproduksi dan mengedarkan narkoba dan obat-obat terlarang; sungguh mereka adalah makhluk yang padam hati nurani. Mereka tidak menyadari jika perbuatan mereka akan menghancurkan tatanan kehidupan manusia. Hidup menebar bau busuk dan mati menuai amal busuk. Mereka yang keruh nurani, selalu melihat dengan angan-angan panjang. “Seakan kematian hanya berlaku atas orang lain“.

Orang yang mengalami kematian hati nurani, hatinya menjadi keras membatu, wataknya menjadi beku dan menyempit. Ayat-ayat suci tak lagi membekas di hati, kematian tak menghasilkan ibrah, luapan syahwat dunia semakin tak terkendali, wajah menggelap memantulkan kelam hati, hilang semangat beramal dan lenyap kelezatan dzikir. Semoga Allah menghindar kita dari sikap-sikap yang merusak.

Dan sebaliknya, kita saksikan pula, banyak orang yang kehilangan pandangan mata dzahirnya, tidak bisa melihat (buta). akan tetapi Allah Ta’ala memberi nikmat kemampuan kepadanya berupa cahaya bashirah (mata hati). Dia melihat apa yang tidak dilihat oleh indera penglihatan. Tetapi Hidupnya senantiasa lurus berada pada kebaikan, karena hatinya tetap hidup dan selalu terbimbing dalam kebenaran.

Ketahuilah .. seseorang yang telah buta mata hatinya (bashirah) itu lebih parah dan berbahaya daripada sekedar buta mata zahirnya.. Allah Ta’ala berfirman: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. [QS.Al-Hajj [22]: 46]

Semoga kita tidak tergolong orang yang gelap mata, lebih-lebih mata hati. Karenanya, terangi hati dengan iman sehingga hidup terasa nyaman. Isilah hati dengan ilmu sehingga kehidupan teratur dan terukur. Memang, melihat dengan mata hati tidak semua orang mampu. Tetapi dengan terus mengasah dan mempertajam mata hati dengan iman, ilmu dan amal  kita akan mampu menerobos batas-batas dunia. Bahkan orang yang melihat dunia dengan mata hatinya, dia akan menilai betapa kecil dan tidak berharganya dunia ini, dibanding dengan kehidupan akhirat.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...