Anwar Anshori Mahdum |
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masihkah kita merasa aman dari intaian kematian?. Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari? Atau siapa tahu sebentar lagi giliran kematian Anda.
Di manakah saudara-saudara kita yang telah meninggal saat ini? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan bercanda bersama kita. Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan kuburan. Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan.
Kalaulah tidak ada pertanggung jawaban tentang akhir kehidupan kita, bolehlah kita melakukan apa saja yang kita mau. Kita dapat memilih apa yang kita suka. Tetapi kita bukan binatang, yang setelah kematiannya, tidak ada lagi kelanjutan, tidak ada masa pertanggung jawaban, tidak ada pertanyaan. Oleh karenanya binatang tidak memiliki beban dosa dari perbuatan jahatnya. Karena setelah ia mati dari kehidupan dunianya, itu adalah akhir dari kehidupannya.
Tetapi kita manusia, yang semua gerak kita akan dimintai pertanggung jawabannya, oleh karenanya memelihara diri agar tidak terjatuh pada lumpur dosa, agar tidak terlena dengan kehidupan yang pana adalah kewajiban kita. Renungkan firman Allah dalam surah 2:281. “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apayang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-Baqoroh [2]:281).
Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.
“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari dan selainnya]
Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang
shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus,
merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap
istiqamah sampai meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar