Sadarkah kita bahwa kehidupan pasca dunia teramat panjang dan tidak dapat diukur dengan hitungan waktu manusia?. Astaghfirullah, rasanya berat nian pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allâh menjadikan kamu sebagai khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat. Maka jagalah dirimu dari (keburukan) dunia…. [HR Muslim, no. 2742].
Ali bin Abi Thalib mengatakan,
“ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَة، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلا حِسَاب، وَغَداً حِسَابٌ وَلا عَمَل”.
“Kehidupan dunia pergi menjauh, sedangkan akhirat kian mendekat, dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki anak-anak, Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Karena sejatinya sekarang ini adalah waktu untuk beramal tanpa ada hisab, sementara besok (di akhirat) adalah waktu hisab dan bukan untuk beramal.”
Besarnya dunia di ibaratkan hanya sehelai sayap nyamuk. Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Buka lembaran mulia firman Allah, selami lautan ilmu yang tak terbatas. Kita akan menemukan sebuah kebenaran yang hakiki, juga sebuah informasi yang pasti. Bahwa di sekian banyak ayat, begitu jelas Allah berfirman tentang keberadaan dunia dan sifat-sifat yang terdapat di dalamnya. Renungkanlah:
Pertama; Dunia adalah mata’ (kesenangan yang menipu). Ketertipuan kita terhadap dunia terjadi manakala kita beralih sikap dari menjadikan dunia sebagai sarana menjadi tujuan. Dari pelengkap menjadi utama, dan dari beribadah menjadi demi benda-benda. Allah berfirman,
”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imraan [3]:14
Kedua: Dunia adalah la’ib (main-main) dan laghwu (senda gurau). Dunia bagai panggung sandiwara dimana kita hanya memainkan peran yang ditugaskan sang sutradara. Sutradara kehidupan adalah Allah. Manusia menyusuri relung-relung ketentuan Allah dalam upaya-upaya yang dikerjakannya. Oleh karena itu tertipulah manusia yang menganggap upayanya di dunia sebagai satu-satunya faktor yang menentukan hari depannya. Allah berfirman,
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?” (QS Al-An’aam [6] : 32)
Ketiga: Dunia ini qalil (kecil). Allah Menciptakan alam raya ini lengkap dengan atribut yang ada di dalamnya. Mulai dari gugusan bintang-bintang yang tampak begitu kecil sampai pada planet-planet yang ada di dalamnya. Dunia adalah salah satu dari planet yang Allah Ciptakan. Bahkan dunia ini bagaikan debu kecil yang berterbangan di langit yang maha luas ini. Di tempat yang kecil inilah kita berada di dalamnya, hidup dan berkembang. Oleh karenanya, betapa kerdilnya kita menganggap bahwa kenikmatan dunia ini besar, seakan tidak ada yang lain yang mampu memberikan kenikmatan itu. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”… Katakanlah: “Kesenangan di
dunia ini hanya kecil (sebentar) dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang
yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”” ( QS.An-Nisaa’ [4] :77)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar