Senin, 19 Agustus 2024

Dzikrul Maut ( Mengingat Mati)

Anwar Anshori Mahdum

“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.  Qs. Ali –Imran: 185

Abu Said ra. Berkata, Rasulullah saw. memasuki tempat sholatnya dan melihat seolah-olah para sahabat tertawa-tawa. Maka beliau bersabda , “Andai kalian sering mengingat penghancur kelezatan (kematian), tentu kalian tidak sempat melakukan apa yang aku lihat ini. Perbanyaklah mengingat kematian, sebab setiap hari kubur berkata, “Aku adalah rumah keterasingan, kesendirian, tanah liat dan cacing”. Apabila seorang hamba mukmin di kuburkan, maka kubur mengatakan padanya, “selamat datang, engkau adalah makhluk yang paling aku cintai yang pernah melintas di punggungku. Sekarang aku dapat berbuat apa saja padamu, maka engkau akan mengetahui apa yang aku perbuat padamu”. 

Rasulullah saw bersabda, “Lantas kuburanya di luaskan sejauh mata memandang dan di bukakannya pintu surga untuknya. Apabila hamba yang jahat dan kafir di kuburkan, maka kubur berkata kepadanya; “Tiada kata selamat datang untukmu, engkau adalah makhluk yang paling ku benci yang pernah melintas di punggunggu. Sekarang engkau di kuasakan padaku, maka engkau akan mengetahui apa yang akan aku perbuat terhadapmu”. Rasulullah saw bersabda: “Lantas kuburan menghimpitnya hingga tulang-tulangnya berserakan”. Perawi berkata, Rasulullah saw memasukan sebagian jarinya ke sela-sela jari yang lain, kemudian bersabda;“Allah menguasakan padanya tujuh puluh ular besar, andai salah satu meniup ke bumi, tentu bumi tidak dapat menumbuhkan apapun selamanya. Kemudian ular-ular itu menggigitnya dan mengoyak-oyaknya hingga datang hari pembalasan”. Perawi berkata, kemudian Rasulullah saw menyambung sabdanya: “Kubur itu sebagian dari kebun surga atau sebagian dari jurang neraka”. (HR. Turmudzi)

Kedatangannya tidak di Ketahui

Kita hidup di dunia ini hanyalah sementara, bukankan Rasulullah pernah bersabda; “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi diri dan beramal untuk menyiapkan hari setelah kematian”. ( Hr. Turmudzi).

Kematian adalah keniscayaan bagi kita yang hidup. Kekuatan sebesar apapun, kekuasaan setinggi apapun atau benteng yang kokoh setebal apapun tidak akan bisa menahan kematian jika Allah telah tentukan waktunya:“ Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Qs. Al-Jumu’ah [62]:8

Lihatlah kisah ummat terdahulu dan jadikan mereka pelajaran buat kita hari ini. Bagaiman kesudahan mereka?, sejarah mencatat mereka untuk mempertegas pastinya kematian itu. Seperti:

Ø  Firaun yang kuat dan memiliki kekuasaan besar hingga mengaku sebagai tuhan. Akhirnya tunduk pada kematian dan tidak mampu berbuat apa-apa saat ajal menjemputnya.

Ø  Namrud yang pongah akhirnya tergilas oleh roda kematian, tanpa dapat mengundurkan meski hanya sesaat.

Ø Abu Jahal yang sombong dan merasa serba bisa akhirnya mengakhiri kesombongannya saat kematian menemuinya dalam perang badar.

Atau orang-orang mulia sekalipun yang Allah pilih menjadi hamba-hamba yang beriman, tetap tidak bisa menolak kematian ketika ia datang, lihatlah:

Ø  Nabi Sulaiman yang diberi kekuasaan luar biasa, hingga mampu menguasai manusia dan jin serta mengerti bahasa hewan, tidak dapat menolak kematian yang menghampirinya.

Ø  Nabi Ibrohim kekasih Allah pun pasrah saat kematian menjemputnya dan tidak bisa berbuat banyak.

Ø  Nabi Muhammad saw kekasih Allah dan sangat di segani oleh paara malaikat pun tunduk dengan sunatullah ini.

Dan masih banyak manusia-manusia sholeh yang mempunyai jasa bagi dunia telah meninggalkan dunia fana ini, meski keharuman nama mereka masih tercium wangi hingga saat ini.

Kematian pasti menghampiri, tak dapat di ketahui datangnya, datang tiba-tiba dan tidak dapat di undur atau di majukan. Kematian mengakhiri peran kkehidupan terhadap orang-orang yang mendahului kita. Akan datang masanya ia pun menghampiri kita. 

Nasehat Bagi Yang Hidup 

Ad Daqqaq berkata, “Barang siapa banyak mengingat mati, maka di muliakan dengan tiga hal; segera bertaubat, kepuasan hati dan giat beramal. Siapa yang lupa kematian, maka akan di beri sangsi dengan tiga hal; menunda-nunda taubat, merasa selalu kurang dan malas beribadah”.

Dengan mengingat kematian manusia beriman semakin meningkatkan keimananya, manusia yang durhaka dapat segera sadar dari kedurhakaannya, manusia malas beramal akan segera mengejar ketertinggalannya. Dengan mengingat kematian kesadaran akan terbangun, fitrah kembali suci, jiwa menjadi jernih, prilaku menjadi terkontrol, waktu termanfaatkan secara efektif, potensi tersalurkan pada hal-hal yang maslahat dan akal menjadi cerdas.

Hampir setiap saat kita mendengar berita kematian, hampir setiap hari manusia mengantar jenazah ke kuburan. Namun semua itu jarang menggetarkan hati kita. Seolah-olah kematian hanyanyalah rutinitas yang biasa. Padahal orang-orang sholeh terdahulu, jangankan menyaksikan kematian, ketika melewati sebuah kubur saja mereka menangis. Seperti yang di lakukan Umar Bin Abdul Aziz misalnya.

Di ceritakan oleh Maimun bin Mihram, ia berkata: “saya keluar menuju kuburan bersama Umar Bin Abdul Aziz, ketika melihat kuburan, Umar menangis kemudian menghadapku seraya berkata: “Wahai maimun, ini adalah kuburan nenek moyangku dari Bani Umaiyah. Lihatlah mereka sekarang telah mati, hancur, mendapat ujian kubur dan badan mereka di makan binatang”. Setelah itu ia menangis seraya berkata, “demi Allah, orang mati tidak akan mendapat nikmat di kubur, jika waktu hidupnya ia merasa aman dari siksa Allah”.

Rasulullah banyak mengingatkan kita agar sering mengingat kematian dan berziarah kubur. Sebagaimana di utarakan lewat hadist-hadistnya; Abu Hurairah ra. Meriwayatlkan bahwa Rasulullah bersabda: “ Perbanyaklah mengingat hal yang bisa merusak kelezatan ( kematian )” ( Hr. Turmudzi ). 

Abu Ibnu Mas’ud ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda: “Aku telah melarang kalian berziarah kubur. Maka ( sekarang ) ziarahlah ke kubur, sebab ia dapat membuatmu zuhud pada dunia dan mengingatkanmu pada akhirat”.     ( Hr. Ibnu Majah )

Ibnu Umar ra berkata, seorang laki-laki dari Anshor bertanya, “Siapakah yang paling cerdik dan mulia wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling mempersiapkan bekal untuknya. Itulah orang yang paling cerdik; mereka memboyong kemuliaan dunia dan akhirat”. ( Hr. Ibnu Majah dengan sanad shoheh 

Bagaimana kita mati?

Kematian merupakan hak prerogatif Allah Swt. Ia datang pada waktu yang telah di tetapkan-Nya dan tempat yang dikehendak-Nya. Karena itu, kedudukan manusia di sisi Allah tidak di tentukan berdasarkan “kapan dan di mana ia mati, akan tetapi di ukur dengan bagaimana kondisi hatinya dan apa yang dia amalkan saat ajal menemaninya”. Manusia tidak menjadi mulia karena mati pada hari tertentu atau di jam tertentu. Juga tidak beruntung karena mati di tanah haram dan pada bulan haram sekalipun?. Apakah tempat dan waktu kematiannya dapat menyelamatkan dari api neraka?, tentu tidak. 

Apabila tempat dan waktu kematian tidak menjadi tolak ukur kemuliaan, maka tidak perlu berpikir tentang kapan datangnya dan di mana tempatnya, sebab semua waktu dan tempat milik Allah. Justru, yang perlu dan harus dipikirkan serta diupayakan adalah; bagaimana kita mati?. Apakah kita mati dalam keadaan melakukan maksiat ataukah saat melakukan ketaatan?. Apakah kita mati sebagai orang beriman ataukah sebagai orang kafir?. Apakah kita mati saat memperjuangkan agama Allah atau ketika memusuhinya?. Apakah kita mati saat merencanakan kebaikan atau sebaliknya?. Dan begitu seterusnya.

Sungguh, dalam keadaan apa kita mati menjadi penentu kehidupan di alam keabadian ( Akhirat). Rasulullah bersabda: “ Demi Allah yang tiada Ilah selain dari pada-Nya, sungguh seorang di antara kamu ada yang melakukan pekerjaan ahli surga hingga jarak dia dengan surga tinggal sehasta, lalu takdir Allah mendahuluinya hingga ia melakukan pekerjaan ahli neraka, maka iapun masuk neraka. Dan sungguh salah seorang dari kamu melakukan pekerjaan ahli neraka sehingga jarak di dengan neraka tinggal sehasta, lalu takdir Allah mendahuluinya hingga ia melakukan pekerjaan ahli surga, maka iapun masuk kedalam surga”. ( Hr.Muslim)

Tidak berarti kita menggantungkan diri pada takdir dan tidak berusaha menata diri untuk mendapatkan akhir kehidupan yang baik. Sebab Allah Swt telah menjelaskan jalan kebenaran dan kebathilan dengan segala perangkatnya, juga memberikan kemampuan pada setiap manusia unuk memilih salah satunya. Sementara takdir itu hal ghaib yang hanya di ketahui oleh Allah Swt

Allah Swt dengan tegas memperingatkan agar saat kematian datang kita sedang dalam ketaatan yang sempurna, yaitu tetap memegang Islam sebagai prinsif hidup, itulah husnul khatimah ( akhir kehidupan yang baik ).“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. Qs. Ali-Imran  [3 ]:102 

Bekal menuju kematian

Saudaraku, apabila hari kebangkitan setelah kematian itu pasti, apabila pembalasan amal itu sesuatu yang niscaya, apabila setelah kematian dari dunia ada kehidupan yang lebih abadi, maka tiada yang lebih penting di lakukan manusia melebihi upaya menyiapkan bekal untuk menghadapinya. Bekal yang perlu di siapkan bukanlah kekayaan, kekuatan fisik, pangkat dan kedudukan, banyak pengikut dan hal-hal yang bersifat keduniaan semata. Sebab itu tiada berguna para hari kiamat. Tetapi bekal yang bermanfaat bagi manusia pada hari kebangkitan adalah kejernihan hati, kekuatan iman, ketaqwaan dan amal sholeh yang menjadi buktinya.“ Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, Dari ibu dan bapaknya, Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Qs. ‘Abasa [ 80 ]:33-37   

“… (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, Qs. Asy-Syu’ara [26  ]:88-89

" Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. Qs. Al-Baqarah [2]:197  

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Qs. Al-Ashr  [103]:1-3

 Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.  Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah  bagi kaum yang berfikir. Qs. Az-Zumar [  39 ]:42

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...