![]() |
Anwar Anshori Mahdum |
Kalau hanya sekedar hidup, binatang juga hidup. Kalau hanya sekedar sehat, hewan juga banyak yang sehat. Kalau hanya memilki kenikmatan, hewan juga merasakan kenikmatan, bahkan tubuhnya ada yang lebih kuat dan gagah perkasa di banding manusia. Jika binatang tidak bersyukur, tidak beribadah dan tidak mengikuti syariat, sangat wajar. Karena Allah tidak memberinya akal dan hidayah. Tetapi jika manusia yang punya akal dan di beri hidayah tidak juga mau bersyukur dan tidak mau beribadah, maka apa bedanya dengan binatang.
Sesungguhnya hidayah adalah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah beri hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah menahannya dari siapa yang Dia kehendaki.
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ
وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” [Quran Al-An’am: 125]
Hidayah diperoleh bukan karena kecerdasan. Kalau kecerdasarn berbanding lurus dengan hidayah, maka orang-orang cerdas, orang-orang Eropa, orang-orang Jepang, tentunya mereka lebih terdepan untuk mendapatkan hidayah. Tapi mereka yang memiliki kercerdasan luar biasa ini, sebagian dari mereka menyembah matahari, Menyembah batu dan Mereka menyembah berhala. Atau lihatlah bagaimana orang-orang munafik, mereka tinggal bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. mereka mengerti bahasa Arab. Mereka mengerti bahasa Alquran. Mereka melihat mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun mereka tetap tidak beriman.
Ketahuilah, tanpa hidayah Islam seindah apapun kita hidup, sesehat apapun jasad dan sepanjang apapun usia, semuanya hanya fatamorgana. Karenanya mensyukuri nikmat hidayah adalah amalan tertinggi yang harus di lakukan seorang hamba. Dan kita sangat bersyukur, meski hidup jauh dari zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, tetapi kita diberi nikmat berupa hidayah untuk mengimani Allah dan Rasul-Nya. Hal ini merupakan atas kehendak dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS:An-Nuur [24]:21).
Salah seorang ulama salaf berkata,
“Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan
meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling
besar di dunia ini”. Maka ada yang bertanya, “Apakah kenikmatan yang paling
besar di dunia ini?” Ulama ini menjawab, “Cinta kepada Allah, merasa tenang
ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta
merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”. Dinukil
oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar