Secara etimologis, muhasabah merupakan bentuk mashdar (bentuk dasar) dari kata hasaba-yuhasibu yang kata dasarnya hasaba-yahsibu atau yahsubu yang berarti menghitung. Orang akan mau melakukan muhasabah karena keyakinan bahwa Allah SWT akan menghitung amal semua hamba-Nya. Jika amal seseorang baik maka akan mendapatkan balasan dari Allah kebaikan juga. Dan sebaliknya jika amalan seseorang itu buruk maka balasan yang buruk juga dari Allah. Dengan melakukan muhasabah diri seorang manusia akan membuka hati dan menyadari segala dosanya. muslim yang taat akan bertaubat dan tak mengulangi kesalahannya.
Ketahuilah
sahabat, Kepentingan menghisab diri ini kita lakukan untuk mengetahui dua
hal, yaitu;
Pertama: untuk mengetahui
segala aib diri, apakah kebaikannya lebih banyak dari pada keburukan kita,
ataukah sebaliknya.
Kedua: untuk mengetahui hak Allah terhadap kita. Apakah kewajiban kita sebagai hamba Allah sudah disempurnakan ataukah dilalaikan. Dari dua kesadaran ini akan lahir kepribadian yang istiqomah dan sikap mental yang tidak mudah melemah
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan evaluasi diri dan penilaian ulang. Kehidupannya, baik yang bersifat individual maupun sosial, sangat perlu diperhatikan. Itu tak lain karena sisi spiritual dan intelektual selalu berubah-ubah. Cepat terwarnai dengan keadaan yang menyertainya. Hari ini baik, besok bisa sangat baik. Atau hari ini sangat baik, besok mungkin saja sangat tidak baik. Disinilah perlunya kita intropeksi diri (muhasabah), agar kebaikan tetap bisa kita pertahankan. Sebab kita tak pernah tahu kapan kita akan dimatikan. Hidup dan mati kita Allahlah yang mengatur, yang kita tahu adalah bahwa setiap kita pasti mati.
Muhasabah sangat membantu seseorang untuk istiqamah di jalan Allah Ta’ala Hasan al-Basyri pernah berkata: Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya karena Allah. Dalam Alquran dijelaskan secara eksplisit terkait anjuran untuk muhasabah, seperti yang tertuang dalam surat Al-Hasyr ayat 18,
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selain
untuk mengoreksi diri atau melihat kembali hal-hal yang kurang baik dilakukan,
muhasabah juga bermanfaat untuk membentuk diri jadi lebih bertanggung jawab.
Diriwayatkan
dari Umar bin al-Khatthab:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ “
Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).” (HR. Tirmidzi)
Selain
itu, dari Maimun bin Mihran:
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” (HR Tirmidzi)
Seorang muslim harusnya sangat menyadari, bahwa apapun yang dilakukannya kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Dan menyadari pula bahwa setiap hembusan nafasnya adalah mutiara yang sangat bernilai. Maka ia tidak menyia-nyiakan walau sesaatpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar