كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah dirimu di dunia ini seperti orang-orang asing atau seorang musafir!”
(HR Ahmad, Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Tahukah kita?, Sesungguhnya manusia sejak tercipta dan dilahirkan untuk menjadi pengembara. Sifat pengembara dalam diri manusia merupakan sebuah keniscayaan kehidupan. Seorang pengembara tentu sedang dalam perjalanan menuju tujuan akhir yang masih jauh. Jika saat ini kita berada di suatu tempat, maka kita hanyalah mampir di tempat itu untuk sementara, dan setelah itu akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang sebenarnya.
Sebagian manusia ada yang ”sukses” dalam menempuh perjalanannya sehingga mengantarkannya kepada kesuksesan dunia dan akhirat. Di lain pihak, banyak juga manusia yang “gagal” dalam perjalanannya sehingga rugi dunia dan akhirat. Sukses atau tidaknya seseorang mengarungi samudera kehidupan tergantung dari bekal dan kemampuannya menjalani tantangan kehidupan. Sahabat Ibnu Umar pernah mendapat nsihat dari Rasulullah;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].” Hr. al-Bukhâri, no. 6416;
Di kesmpatan yang lain, Nabi Shallallahu‘alaihi wasallam berwasiat kepada Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma agar ia di dunia ini berada di antara salah satu dari kedua sikap berikut:
Pertama, Orang Mukmin menempatkan dirinya didunia ini seperti orang asing dan ia membayangkan bisa menetap. Namun di negeri asing, hatinya tetap bergantung dengan tanah airnya, tempat ia akan kembali kepadanya. Ia bermukim di dunia untuk menyelesaikan tujuan persiapannya untuk pulang ke tanah airnya (yaitu Surga).
Kedua, Orang Mukmin menempatkan dirinya di dunia seperti musafir yang tidak pernah mukim di satu tempat, namun tetap berjalan melintasi tempat-tempat perjalanan hingga perjalanannya terhenti di tempat tujuan, yaitu kematian. Barangsiapa sikapnya seperti ini di dunia, berarti dia menyadari tujuannya yaitu mencari bekal untuk perjalanan dan tidak disibukkan dengan memperkaya diri dengan perhiasan dunia. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada sejumlah sahabatnya agar bekal mereka dari dunia seperti bekal pengendara atau musafir.
Dua gambaran tentang kehidupan dunia itu, semakin memastikan kita akan satu keyakinan yang kuat; bahwa dunia hanya tempat singgah. Kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju negeri yang pasti dan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar