![]() |
Anwar Anshori Mahdum |
Seorang musafir tidak melihat jalan sebagai tujuan, namun dia melihatnya hanya sebagai sarana yang akan mengantarkannya menuju sebuah tujuan utama. Begitu pula seorang mukmin dia harus berinteraksi dengan dunia sebagai sebuah sarana untuk mencapai tujuan yang besar yaitu bertemu dengan Allah dalam kondisi ridha dan diridhai.
Seorang musafir ketika menempuh perjalanannya ia harus berhenti di terminal-terminal yang di situ ia mengisi perbekalannya. Jika tidak melakukannya maka ia tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Begitu pula orang beriman harus selalu memenuhi dirinya dengan perbekalan agar ia dapat menempuh perjalanannya dengan baik. Dan perbekalan tersebut didapatkan diterminal ilmu, ibadah, serta bergaul dengan orang-orang shalih.
Ketahuilah, sejauh apapun seorang musafir berkelana, ia akan kembali. Begitu juga, selama apapun manusia hidup, satu saat akan mati. Kematian bukanlah perjalanan akhir bagi kehidupan sebenarnya, tetapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Kematian itu sebenarnya hanya merupakan perpindahan dari satu norma ke norma yang lain. Kematian adalah suatu tanda bahwa kehidupan masa uji coba manusia telah selesai.
Ketika hidup di dunia manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menjadi cobaan dan ujian baginya. Namun ketika kematian datang, selesailah kesempatan untuk memilih. Pada fase baru ini manusia dipaksa untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mati. Pada saat inilah ia dapat melihat malaikat maut dan alam Allah yang sebelumnya terhijab (tertutup). Disebutkan dalam firman Allah: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (QS. Qaaf [50]:22).
Pasca di dunia ini masih ada alam kubur. Pasca alam kubur masih ada kiamat dan hari kebangkitan. Pasca kebangkitan masih ada alam padang mahsyar (mauqif) dan penimbangan amal (yaumul-hisab). Pasca yaumul-hisab masih ada kehidupan yang tidak terkirakan lamanya dan tidak mengenal batas akhir, yakni surga atau neraka. Pada saat itu sejarah kemanusiaan sudah usai dan perjalanan telah berakhir dengan pasti, yang terbentang di hadapan manusia saat itu adalah era kehidupan surga atau neraka, itulah dua tempat kembali. Dipastikan ada yang mendapatkan kekekalannya dalam bahagia surga dengan segala kenikmatannya, bersenang-senang bersama bidadari cantik bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. Ada pula yang akan menjumpai kekekalannya di akhirat dengan sengsara dalam siksa api neraka yang menyala-nyala.
Siapa yang kekal di neraka dan siapa yang kekal di surga? Allah SWT berfirman; “Siapa saja taat kepada Allah dan RasulNya, maka Dia akan memasukkannya ke dalam surga dengan kekal, dan itu adalah kemenangan yang besar baginya. Siapa saja durhaka kepada Allah dan RasulNya dan melanggar batas-batas hukumNya, pasti ia akan dimasukkan dalam neraka, ia kekal di dalamnya dan mendapat azab yang pedih.”Q.S. al-Nisa:13-14”
Firman Allah ini menegaskan bahwa masa depan seseorang di akhirat kelak ditentukan oleh perbuatannya di dunia. Sekecil apa pun perbuatan dan sesepele apapun tindakan seseorang didunia akan menjadi catatan penting bagi penempatannya di akhirat, di surga atau di neraka. Dengan demikian, jika ingin mendapatkan kekekalan di dalam kenikmatan surga, maka poin pentingnya adalah bagaimana menjalani kehidupan dunia agar bisa eksis dan berdiri istiqamah di atas ketaatan kepada Allah dan RasulNya.
Allah SWT menjanjikan kehidupan yang baik di dunia bagi siapapun yang mengerjakan kebajikan sekecil apa pun. Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia yang dimaksud dalam ayat ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS An Nahl: 97).
Masih banyak lagi janji Allah SWT
kepada umat Islam yang mengerjakan perintah-Nya dan amal saleh. Semoga dengan
mengetahui janji Allah SWT dapat menambah keimanan dan meningkatkan frekuensi
ibadah kita kepada Allah, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar