Senin, 12 Agustus 2024

Merenda Asa Menepis Putus Asa

Anwar Anshori Mahdum

Putus asa ibarat bom waktu yang dalam sekejap mampu membumi hanguskan seluruh kekuatan dan kemampuan. Kelemahanlah yang menjadikan rasa putus asa itu muncul. Betapapun demikian itu adalah sifat yang wajar. Allah berfirman:

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka Dia menjadi putus asa lagi putus harapan. Qs. Fuhilat [41]:49

Sifat putus asa walaupun wajar, tetapi membiarkannya akan mematikan kreatifitas, karena siapapun yang di kuasai rasa putus asa maka sebenarnya kebahagiaan telah hilang darinya. Rasulullah bersabda: “Jika anda jenuh, maka anda tidak akan sabar dalam kebenaran”. 

Dalam hadist yang lain Rasulullah mengingatkan tentang rasa jenuh (bosan), beliau bersabda: 

“Setiap amal itu ada masa semangat dan masa bosannya. Barang siapa yang dalam bosannya tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka dia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih kepada selain itu, berarti ia telah celaka”.( HR.Ahmad)

Sesungguhnya, ketika seorang berputus-asa berarti ia telah menutup diri dari proses hidup yang selalu bergerak, berkembang. Seseorang yang berputus-asa adalah orang yang jiwanya seakan mati. Sebagai akibatnya adalah merasa hidup tidak bermakna.

Islam menghimbau umatnya untuk menjauhi akhlak-akhlak tercela, termasuk sikap putus asa. Orang yang kehilangan harapan dalam hidupnya menunjukkan imannya yang lemah dan fondasi keislaman yang rapuh.

Selain itu, Allah SWT juga menjelaskan bahwa sikap putus asa merupakan karakteristik orang kafir, bukan orang beriman.  

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir,” (QS. Yusuf [12]: 87).

Ayat tersebut melarang orang yang beriman untuk berputus asa dari rahmat Allah. Bahkan sikap putus asa dikaitkan dengan sikap kufur yakni mengingkari nikmat Allah. Karena orang yang berputus asa biasanya hanya fokus pada nikmat yang hilang atau harapan yang tak terwujud sementara nikmat-nikmat Allah lainnya yang justru lebih besar dan lebih banyak tidak lagi dirasakannya.

Bila ia menyadari dan yakin bahwa mendapat nikmat dan hilangnya nikmat karena rahmat Allah jua maka tidak perlu ia berputus asa. Harta adalah nikmat. pekerjaan adalah nikmat. kesehatan adalah nikmat. Begitu nikmat tersebut satu persatu Allah ambil kembali kita sering sedih, risau dan berputus asa. Padahal, nikmat-nikmat tersebut pun sebelumnya tidak kita dapatkan kemudian Allah berikan dan sekarang ia ambil kembali nikmat itu, mengapa menjadi risau?.  

Orang yang putus asa sangat dekat dengan kekufuran Allah gambarkan dalam Q.S. Hud/11: 9: Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi berputus asa lagi tidak berterima kasih. Q.S. Hud/11: 9:

Putus asa memiliki sejumlah dampak negatif bagi orang yang bersikap demikian. Dampak-dampak negatif putus asa adalah sebagai berikut:

  • Putus asa hanya akan merugikan diri sendiri karena membuang waktu, energi, menguras emosi, dan potensi yang dimiliki seseorang.
  • Orang putus asa akan sukar mencapai kemajuan karena tidak berani mencoba lagi, serta khawatir mengalami kegagalan.
  • Putus asa berkepanjangan dapat mengantarkan seseorang mengalami stres dan depresi.
  • Sikap putus asa yang diiringi depresi dapat menjadi faktor hadirnya pemikiran ingin bunuh diri.

Bagi orang yang beriman, hilangnya nikmat atau tidak terpenuhinya harapan tidak menjadikannya berputus asa. Ia terus bersikap optimis dan yakin bahwa nikmat Allah yang ada masih jauh lebih banyak dari nikmat yang hilang. Ia juga yakin bahwa dalam keadaan dan kondisi apa pun, Allah memberikan yang terbaik bagi hambanya. Diberikannya nikmat itu adalah baik dan hilangnya nikmat itu juga baik.

Tidak ada alasan bagi seorang muslim sedikitpun untuk merasa khawatir apalagi putus asa ketika Allah sudah berjanji untuk menjadi Penolongnya. Tidak ada keharusan bagi setiap muslim untuk merasa takut, padahal Allah sudah berjanji untuk selalu melindunginya. Sungguh, Allah Maha Pemberi karunia kepada seorang hamba yang selalu bertawakkal untuk menggapai rahmat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...