![]() |
Anwar Anshori Mahdum |
Manusia baik secara pribadi, keluarga, ataupun masyarakat, walaupun dapat meraih apa yang diinginkannya tetapi ketika cara mendapatkannya tidak sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, maka pasti akan mengalami kehancuran. Jiwa tidak merasa terpuaskan. Hidup selalu dihantui rasa takut yang menggelisahkan. Itulah orang-orang yang menjadikan harta dunia sebagai Tuhan. Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilah (Tuhan)-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS Al-Jaatsiyah [45] : 23).
Ketahuilah sahabat, bila kita secara individu maupun masyarakat terlalu berlebihan memberikan prioritas pada urusan materi (harta), tidak mungkin cenderung kepada moralitas yang menuntut ketaatan sepenuhnya pada hukum-hukum kehidupan yang telah digariskan. Orang yang mengesampingkan segala urusan selain uang dan uang dalam perjuangan hari-harinya, tidak dapat berpegang pada etika keadilan dan kebenaran, dan cenderung pada kesalahan.
Catatlah dalam hati bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan. Buah dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta (dunia) akan membawa pelakunya pada beberapa keadaan, di antaranya adalah: Pertama: Mencintainya akan mengakibatkan mengagungkannya. Kedua: Mencintainya akan menyibukkan kehidupannya, hingga lalai terhadap kewajibannya. Ketiga: Pecinta dunia akan mendapat azab yang berat dan disiksa di tiga negeri, yaitu: di alam dunia ia diazab dengan kerja keras untuk mendapatkannya; di alam barzakh ia diazab dengan perpisahan dari apa yang dicintainya; dan di alam akhirat ia akan diazab untuk mempertanggungjawabkan tentang dunia yang dimilikinya.
Ada beberapa hal yang mesti dicamkan oleh umat Islam dalam menyikapi harta benda, yaitu:
Pertama, harta adalah
anugerah dari Allah yang harus disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan
kepercayaan dari Allah SWT untuk memikul tanggung jawab amanah harta benda.
Karenanya, ia harus disyukuri sebab jika mampu memikulnya, pahala yang amat
besar menanti.
Kedua, harta adalah
amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap kondisi – entah baik
ataupun buruk - yang kita alami sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala, dan mesti kita hadapi secara baik sesuai dengan keinginan yang
memberi amanah. Di balik harta melimpah,
ada tanggung jawab dan amanah yang mesti ditunaikan. Harta yang tidak
dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor karena telah bercampur bagian
halal yang merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum
fakir, miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya.
Ketiga, harta adalah
ujian. Yang jadi ujian bukan hanya kemiskinan, tetapi kekayaan juga merupakan
ujian. Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi persoalannya adalah
bagaimana menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia, yang tujuannya di
balik itu cuma satu, yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya.
Keempat, harta adalah
hiasan hidup yang harus diwaspadai. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan
bagi manusia banyak hiasan hidup. Keluarga, anak, dan harta benda adalah hiasan
hidup. Dengannya, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa pesona keindahan
hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan membuat manusia
lupa kepada-Nya, serta lupa kepada tujuan awal penciptaan hiasan itu. Semua itu
sebenarnya merupakan titipan dan ujian.
Kelima, harta adalah
bekal beribadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Karenanya, segenap perangkat duniawi, baik yang meteril maupun
yang nonmateril, tercipta sebagai sarana yang bisa digunakan manusia untuk
beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana ibadah. Ia bukan hanya menjadi
ibadah kala dinafkahkan di jalan Allah, ia bahkan sudah bernilai ibadah kala
manusia dengan ikhlas mencari nafkah untuk keluarganya dan selebihnya untuk
kemaslahatan umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar