Satu waktu, Umar bin Abdul Aziz dalam kelelahan karena begitu banyaknya pekerjaan, ia mengungkapkan: “Pekerjaan satu hari saja telah membuatku menjadi letih, bagaimana kalau pekerjaan dua hari dikumpulkan menjadi satu…?”
Kita merasakan penyesalan yang teramat dalam bila kita secara teledor menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya terselesaikan. Karena dengan membiasakannya, kita akan menghadapi beban berat karena bertambahnya pekerjaan. Terlebih ketika yang kita tunda adalah kewajiban melaksanakan taat dan menunda untuk bertaubat dari perilaku maksiat. Ahmad bin Athaillah menasehati: “Penundaanmu akan semua amal (kebaikan) karena menanti adanya waktu senggang termasuk dari kebodohan-kebodohan jiwa.”
“Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata: “Seorang yang bodoh itu adalah (seperti) orang mati, seorang yang lupa adalah (seperti) orang yang tidur, seorang yang bermaksiat adalah (seperti) seorang yang mabuk, seorang yang selalu terus menerus bermaksiat adalah (seperti) seorang yang binasa, dan terus-menerus adalah menunda-nunda, dan menunda-nunda adalah seseorang berkata: “Aku akan bertobat besok”, dan ini adalah pengakuan diri, bagaimana ia akan bertobat besok, padahal besok ia tidak (bisa menjamin) memilikinya.” (Lihat Kitab Tafsir Al Qurthubi, 4/211)
Siapakah yang dapat menjamin seseorang dapat hidup hingga esok hari? Secanggih apapun ilmu yang kita dapat, tak akan mampu menahan kematian yang menghampiri. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, tak akan mampu membeli sebuah nyawa yang sudah diakhiri. Dan sehebat apapun kekuasaan yang telah kita raih, tak akan bisa mempengaruhi ketentuan Ilahi.
Karenanya, merupakan satu keberuntungan bila kita segera mengerjakan kebaikan dan menunaikan kewajiban. Dan merupakan suatu kelemahan atau kerugian jika kita menundanya sehingga kesempatan berakhir. Boleh jadi karena menunda-nunda amal ajal keburu menjemput diri kita sehingga kita tidak sempat melakukan amal baik yang telah kita niatkan. Selain itu, bila kita menunda-nunda amal baik bisa menyebabkan niat kita menjadi berubah karena ketika kita menunda-nunda berbuat baik, sama dengan membuka kesempatan pada hawa nafsu dan kepada syetan untuk mengganggu dan menggoda diri kita untuk tidak melakukan kebaikan karena hawa nafsu dan setan senantiasa mengajak kepada keburukan dan menghalangi untuk berbuat kebaikan.
Ketahuilah, diantara kewajiban kita terhadap hari-hari yang terlewati adalah mengisinya dengan ilmu dan amal shalih. Karena hidup kita bukanlah besok atau juga kemarin, tetapi hidup kita adalah hari ini. Karena ‘kemarin’ adalah waktu yang tak akan kembali dan ‘besok’ adalah waktu yang tak pernah kita ketahui
Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Lalu, beliau menjawab, “Bersedekah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda, sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan maka kamu baru berkata, “Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian’, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar