Anwar Anshori Mahdum |
Hidup adalah perpindahan dari detik menuju menit, dari menit menuju jam, dari jam menuju hari, dari hari menuju pekan, dari pekan menuju bulan dan dari bulan menuju tahun. Kadang tidak terasa, begitu cepat waktu berlalu, ternyata usia kita sudah mendekati renta. Apalagi pergantian hari ke hari, satu hari terasa seperti satu jam. Para ulama sepakat, fenomena seperti ini termasuk di antara tanda-tanda kiamat. Banyak hadist yang menginformasikan fakta ini sebagai tanda-tanda dari kiamat. Dalam hadis lain riwayat Ahmad disebutkan:
لَا تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ
وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونُ الْيَوْمُ
كَالسَّاعَةِ وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ
“Dari Abu Hurairah, Nabi SAW berkata: Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berlalu begitu cepatnya. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti seminggu, satu minggu seperti satu hari, dan satu hari seperti satu jam, dan satu jam seperti kedipan mata.” (HR: Ahmad)
Dalam pertukaran malam dan siang, ada pelajaran yang seharusnya kita pikirkan. Ada kebaikan yang mestinya selalu bertambah dalam keseharian. Dan ada kesadaran yang sejatinya semakin kita perlihatkan. Sebab setiap bergulirnya hari, tetapi bila tak ada perbaikan pada diri, berapa lamapun kita hidup semuanya tidak akan mempunyai arti. Para ulama menganggap, suatu pengingkaran terhadap nikmat dan pendurhakaan terhadap zaman, apabila hari berlalu tanpa dapat dimanfaatkan untuk meraih kebaikan. Seorang penyair berkata: “Bila hari berlalu dihadapanku, sedang aku tidak dapat mengambil petunjuk dan ilmu darinya, maka ia bukanlah umurku.”
Telah berlalu begitu banyak peristiwa yang kita saksikan. Seperti hancurnya setiap kepongahan, leburnya tirani kesombongan, bahkan peristiwa kematian yang mengharukan. Namun, semua kejadian itu sering kita angap hanya rangkaian tragedi hidup yang biasa. Seperti drama panggung yang dipertontonkan. Renungkanlah nasihat Imam Hasan Basyri: “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu hanyalah merupakan kumpulan dari hari-hari, setiap kali hari berlalu, berlalu pula bagian umurmu.”
Ada beberapa alasan yang menyebabkan dilarangnya menunda pekerjaan. Pertama, kita tidak dapat menjamin untuk hidup pada esok hari. Kedua, tidak ada jaminan esok kita masih diberi nikmat kesehatan, memiliki waktu luang seperti hari ini. Ketiga, menunda pekerjaan yang baik menyebabkan seseorang terbiasa melakukannya, sehingga kemudian menjadi suatu kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar