![]() |
Anwar Anshori Mahdum |
Setinggi apapun kita mendaki, pada waktunya akan turun. Sepanjang apapun perjalanan, pasti kita akan kembali. Dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Sesuatu yang kita kumpulkan satu saat akan hilang, yang kita makan jadi sampah, yang kita pegang akan lepas. Itulah diantara kenyataan hidup yang pasti akan kita lalui. Hampir setiap saat kita mendengar berita kematian, hampir setiap hari manusia mengantar jenazah ke kuburan. Namun semua itu jarang menggetarkan hati kita. Seolah-olah kematian hanyanyalah rutinitas yang biasa. Padahal orang-orang sholeh terdahulu, jangankan menyaksikan kematian, ketika melewati sebuah kubur saja mereka menangis.
Kematian adalah keniscayaan bagi kita yang hidup. Kekuatan sebesar apapun, kekuasaan setinggi apapun atau benteng yang kokoh setebal apapun tidak akan bisa menahan kematian jika Allah telah tentukan waktunya: Lihatlah kisah ummat terdahulu dan jadikan mereka pelajaran buat kita hari ini. Bagaimana kesudahan mereka?, sejarah mencatat mereka untuk mempertegas pastinya kematian itu. Seperti
> Firaun yang kuat dan memiliki kekuasaan besar hingga mengaku sebagai tuhan. Akhirnya tunduk pada kematian dan tidak mampu berbuat apa-apa saat ajal menjemputnya.
> Namrud yang pongah akhirnya tergilas oleh roda kematian, tanpa dapat mengundurkan meski hanya sesaat.
> Abu Jahal yang sombong dan merasa serba bisa akhirnya mengakhiri kesombongannya saat kematian menemuinya dalam perang badar.
Atau orang-orang mulia sekalipun yang Allah pilih menjadi hamba-hamba yang beriman, tetap tidak bisa menolak kematian ketika ia datang, lihatlah:
> Nabi Sulaiman yang diberi kekuasaan luar biasa, hingga mampu menguasai manusia dan jin serta mengerti bahasa hewan, tidak dapat menolak kematian yang menghampirinya.
> Nabi Ibrahim kekasih Allah pun pasrah saat kematian menjemputnya dan tidak bisa berbuat banyak.
> Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam kekasih Allah dan sangat disegani oleh para malaikatpun tunduk dengan sunatullah ini. Dan masih banyak manusia-manusia sholeh yang mempunyai jasa bagi dunia telah meninggalkan dunia fana ini, meski keharuman nama mereka masih tercium wangi hingga saat ini.
Kematian pasti menghampiri, tak dapat di ketahui datangnya, datang tiba-tiba dan tidak dapat di undur atau di majukan. Kematian mengakhiri peran kehidupan terhadap orang-orang yang mendahului kita. Akan datang masanya ia pun menghampiri kita.; Tiap-tiap umat memp barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. . (Qs. Al-A’raf [7] 34)
Dengan mengingat kematian manusia beriman semakin meningkatkan keimananya, manusia yang durhaka dapat segera sadar dari kedurhakaannya, manusia malas beramal akan segera mengejar ketertinggalannya. Dengan mengingat kematian kesadaran akan terbangun, fitrah kembali suci, jiwa menjadi jernih, prilaku menjadi terkontrol, waktu ter unyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya manfaatkan secara efektif, potensi tersalurkan pada hal-hal yang maslahat dan akal menjadi cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar