Jumat, 23 Agustus 2024

Berpikirlah Yang Realistis

Anwar Anshori Mahdum

 Dalam hidup ini kita sering kali menginginkan sesuatu, tapi terkadang sesuatu itu tidak realistis, sehingga menyebabkan diri menjadi stres karena tidak tercapainya keinginan tersebut. Tidak ada cara yang paling mudah menghilangkan stres kecuali mengurangi keinginan untuk memiliki segala-galanya. Al-Quran dalam surat Thaha:124 menggambarkan situasi stres dengan kalimat, “Dadanya dijadikan sesak dan sempit, seperti orang yang terbang ke langit”.

Maka berpikirlah dengan realistis, karena dengan sikap seperti ini, kita akan dapat mengangkat berbagai kepingan peristiwa yang memuat derita dan bencana dalam kehidupan sebagai sesuatu yang wajar dan tidak berlebihan. Dan berpikir realistis dalam menyikapi penderitaan merupakan lumbung inspirasi untuk menghadirkan kesadaran yang lebih mendalam tentang setiap aspek kehidupan.

Seorang filosof  berkata: “Bahwa kita adalah seperti apa yang kita pikirkan. Kehidupan manusia adalah penjelmaan dari pikiran-pikirannya sendiri. Oleh karenanya, jika kita menghendaki ketenangan dan kegelisahan, maka kita harus mengembangkan penguasaan terhadap pikiran-pikiran kita yang menunjuk kearah kemantapan jiwa yang menaklukan kecemasan.

Jika saja kita mau sedikit bersabar menghadapi berbagai fenomena kehidupan. Dan berpikir realistis tentang berbagai hal. Kita pasti akan mendapat solusi dari berbagai permasalahan. Persoalannya adalah terkadang kita terlalu cepat memfonis segala sesuatu yang datang kepada kita, tanpa mencoba melihat ke belakang kehidupan kita. Dan mengapa rasa derita itu kerap menghantui? Karena seringnya kita terlalu mudah memandang sebuah peristiwa adalah penderitaan.

Kita terlahir sebagai manusia lengkap dengan segala kesempurnaannya. Namun masih ada diantara kita merasa sebagai orang yang kurang beruntung. Umumnya, bila kita gagal dalam satu hal kita merasa sebagai orang yang bodoh. Kita sering merasa tidak pintar untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Mungkin lingkungan kita yang membuat kita tidak mampu mengembangkan semua potensi kecerdasan tersebut. Atau ada faktor lain yang membuat kita tak mampu mengenal jenis dan potensi kecerdasan yang kita miliki. Akhirnya, kita terlihat seperti orang bodoh, terkebelakang, miskin, kalah, dan sebagainya.

Segala kekurangan yang dimiliki secara fisik, tak bisa menjadi alasan bahwa kita tak mampu berprestasi. Banyak orang yang secara fisik terbatas, tetapi dari segi psikis mereka mampu menorehkan prestasi yang luar biasa. Banyak orang yang bisu, tuli, pincang, gagu, buta, dan kekurangan lainnya, tapi mampu menjadikan kekurangan itu sebagai pemacu semangat untuk maju dan berkembang. Banyak diantara mereka yang mampu menghasilkan sesuatu yang menakjubkan dunia.

Jadi, yang harus disadari oleh kita, tak ada yang bodoh, yang ada adalah kita tak tahu apa kelebihan dan kekurangan diri kita. Artinya, kita belum kenal dengan diri kita. Jangan pasrah, jangan bersedih, jangan rendah diri, jangan putus asa. Kita semua cerdas, kita semua pintar. Kita mampu berprestasi. Berprestasi sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan yang kita inginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...