Senin, 19 Agustus 2024

Jadi orang jangan egois

Anwar Anshori Mahdum

Egois adalah sikap hidup yang tercela, kenapa?. Karena orang egois hidupnya hanya selalu mementingkan diri sendiri, bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Orang egois kehadirannya tidak diharapkan, dan keberadaannya tidak diinginkan. Perbuatannya cenderung merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, Karena ia lebih mengutamakan kepentingan dirinya di atas segala-segalanya, tanpa mengindahkan kepentingan orang lain.

Dalam bahasa arab, sifat egois ini di sebut  Ananiyah, berasal dari kata ana, artinya “aku”. Ananiyah berarti keakuan. Sifat Ananiyah akan melahirkan sifat egosentris, artinya mengutamakan kepentingan dirinya di atas kepentingan segala-galanya. Orang yang egois selalu melihat sebelah mata dalam mengambil tindakan-tindakannya, dan biasanya hanya di dorong oleh hawa nafsunya belaka. Nafsulah yang menjadi kendali dan mendominasi seluruh tindakannya. Standar kebenaranpun di tentukan oleh kepentingan dirinya. Dan tentu saja hal semacam ini sangat pertentangan dengan syariat Islam.  Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Qs. Al-Mu’minun [23]:71

Dari Ananiyah yang hanya menurutkan hawa nafsu inilah akan lahir sifat-sifat buruk lainnya yang sangat merusak (ifsad), misalnya; bakhil, tamak, mau menang sendiri, zhalim, meremehkan orang lain. Dan jika tidak segera di tanggulangi, sifat ini akan berkembang menjadi congkak dan takabur. Itulah ciri khas dari penyakit ini, yaitu: Bathrul Haq ( menolak kebenaran) dan Ghomtun Nas ( meremehkan manusia ).

Jika sifat ini menjangkiti orang-orang yang memilki wewenang maka potensi  bahayanya akan sangat besar dan berdampak luas.

Pengusaha dengan sifat ananiyah akan menggunakan kekayaannya untuk memonopoli ekonomi dengan tidak segan-segan menggilas pengusaha kecil dan menyingkirkan pengusaha-pengusaha yang di anggap saingannya. Ia akan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya degan cara yang zhalim dan dengan menghalalkan segala cara.

Penguasa dengan sifat ananiyahnya akan cenderng bersifat dictator, tiranis dan absolute. Seperti halnya firaun, raja Namrud yang memerintah dengan sewenang-wenang. Jika penyakit ini menjangkiti diri seseorang maka ia akan cenderung sulit di atur dan merusak pergaulan dengan kezalimannya, setidak-tidaknya sering menimbulkan masalah. Sementara mereka menganggap benar apa yang mereka lakukan. “dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." Qs. Al-Baqoroh [2]:11

Selain munculnya sifat-sifat buruk akibat dari sifat ananiyah ini, akan muncul juga sikap permusuhan. Padahal permusuhan adalah perbuatan yang juga sangat di benci oleh Allah. Rasulullah bersabda: “Dari Aisyah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda: “ Orang yang paling di benci Allah ialah orang yang paling suka bermusuhan”. (Hr. Bukhari)

Lawan dari sifat Ananiyah

Lawan dari sifat ananiyah adalah itsariyah yaitu rasa kebersamaan, tenggang rasa, kepekaan social dalam pergaulan. Sifat ini lebih mendahulukan kepentingan orang banyak (umat) walaupun terkadang memerlukan pengorbanan dari dirinya. Jelas ini sifat yang sangat terpuji. Sifat dan sikap ini hanya kita jumpai pada orang yang akidahnya baik, imannya sempurna. Karena aqidah laksana mata air kehidupan yang selalu mengalirkan kebaikan kepada setiap tingkah laku yang di jalankan. Iman telah menjadi kendali dirinya sehingga hawa nafsu tidak kuasa untuk mempengaruhinya.

Sebuah contoh indah tentang sikap orang-orang Anshor terhadap orang-orang muhajirin yang baru saja hijrah dari Mekah ke Madinah. Allah abadikan kisah indah ini dalam firman-Nya.“..dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. Al-Hasyr [ 59]:9

Inilah contoh indahnya sebuah kebersamaan yang diletakkan oleh Rasulullah pada kurun awal dakwahnya. Rasulullah telah meletakan dasar-dasar kepekaan social, kebersamaan dan persaudaraan yang hakiki. Inilah sikap jiwa yang tumbuh dari kesadaran iman bahwa manusia itu adalah ummat yang satu, yang tidak bisa hidup sendiri, dan terikat pada ketergantugan satu sama lain. Kita lihat bagaimana rasa kebersamaan dan keikhlasan kaum Anshor yang harus merelakan separoh dari hartanya untuk saudara-saudara seimannya yaitu kaum muhajirin.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...