Minggu, 18 Agustus 2024

Mensyukuri Nikmat Hidayah

Anwar Anshori Mahdum

Setiap detik, setiap setiap menit, setiap jam, setiap hari, nikmat dan rahmat Allah Ta’ala turun kepada diri kita, meliputi diri kita. Oksigen yang kita selalu bernafas dengannya, selalu kita dapatkan secara cuma-cuma? Jantung yang terus berdetak, mengirimkan darah ke seluruh badan kita, pembuluh darah kita, paru-paru, ginjal dan yang lain sebagainya, bukankah itu semuanya bekerja tanpa kehendak kita? Siapakah yang menggerakkan itu semua untuk kita?.

Hidup dan mati, Sehat dan sakit, bahagia dan derita, tua dan muda, cantik dan jelek, pria dan wanita, bumi dan langit, laut dan darat, panas dan dingin, kuat dan lemah, kaya dan miskin, manis dan pahit, hujan dan panas, angin dan badai, air dan batu, manusia dan hewan. Siapakah yang menciptakan?.  Mata yang bisa menatap, hidung yang bisa mencium, mulut yang bisa bicara, telinga yang bisa mendengar, tangan yang  bisa menggenggam, kaki yang bisa bergerak, hati yang bisa merasa, akal yang bisa berpikir, bodoh dan pintar, cinta dan benci, Siapakah yang menggerakan semua itu?

Semua kenikmatan itu tak pernah kita minta, tapi Allah sudah menyediakan untuk kebutuhan kita. jika kita di wajibkan membayar setiap hembusan nafas, umur yang di berikan, kesehatan yang kita rasakan, mata hidung mulut telinga yang kita manfaatkan, dan sederet kenikmatan lain yang sedang kita rasakan. Sanggupkah kita membayarnya?. Kita tidak akan sanggup membayarnya, lagi pula Allah tak membutuhkan bayaran kita. Allah lebih kaya dari kekayaan orang yang paling kaya di dunia. Allah lebih berkuasa dari seorang penguasa di dunia. Kemaha besaran Allah tidak berkurang walaupun manusia tak membesarkan-Nya, kemuliaan Allah tidak akan hilang walaupun manusia banyak melupakan-Nya.“..dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim [14]:34)

 Bahkan ada kenikmatan yang jauh lebih berharga, dari sekedar  kenikmatan fisik yang kita rasakan, yaitu kenikmatan hidayah dan taufiq dari Allah. Dengan kenikmatan ini, kita dapat merasakan ketenangan hidup, lezatnya beribadah, bahkan kebahagiaan dalam keyakinan.

Jika dengan kesempurnaan nikmat ini hati kita masih tertutup (kufur Nikmat) kepada Allah, lantas, kenikmatan apalagi yang membuat kita mengerti dan sadar diri. "jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.  (QS. Az-Zumar  [39]:7)

Jika saat ini kita masih hidup, badan masih sehat, dan Allah karuniakan kita dengan segala nikmat. Ketahuilah semua itu tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Sebab Allah tidak melihat harta dan rupa kita.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ». رواه مسلم

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian”. (HR. Muslim).

Kalau hanya sekedar hidup, binatang juga hidup. Kalau hanya sekedar sehat, hewan  juga banyak yang sehat. Kalau hanya memilki kenikmatan, hewan juga merasakan kenikmatan, bahkan tubuhnya ada yang lebih kuat dan gagah perkasa di banding manusia. Jika binatang tidak bersyukur, tidak beribadah dan tidak mengikuti syariat, sangat wajar. Karena Allah tidak memberinya akal dan hidayah. Tetapi jika manusia yang punya akal dan di beri hidayah tidak juga mau bersyukur dan tidak mau beribadah, maka apa bedanya dengan binatang.

Ketahuilah, tanpa hidayah Islam seindah apapun kita hidup, sesehat apapun jasad dan sepanjang apapun usia, semuanya hanya fatamorgana. Karenanya mensyukuri nikmat hidayah adalah amalan tertinggi yang harus di lakukan seorang hamba. Dan kita sangat bersyukur, meski hidup jauh dari zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, tetapi kita diberi nikmat berupa hidayah untuk mengimani Allah dan Rasul-Nya. Hal ini merupakan atas kehendak dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS:An-Nuur [24]:21).

Salah seorang ulama salaf berkata, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”. Maka ada yang bertanya, “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?” Ulama ini menjawab, “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”. Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...