![]() |
Anwar Anshori Mahdum |
Semua yang ada di alam ini adalah tontonan. Datang lalu pergi, disukai lalu dibenci. Tidak ada yang kekal di muka bumi ini. Oleh karena itu, seutama-utamanya manusia ialah orang yang memilih kekekalan daripada kefanaan, memilih yang abadi dari pada yang musnah. Itulah orang yang tidak tertipu oleh keindahan duniawi, sehingga tidak terkurung dalam penjara materi yang menghancurkannya. Realita menunjukkan, berapa banyak orang yang memiliki materi yang melimpah tetapi ia tak merasa bahagia. Dan berapa banyak orang yang memiliki materi yang sedikit tetapi ia bahagia. Imam Ali pernah memberi nasihat: “Orang yang serakah adalah tawanan dari kehinaan yang tak berkesudahan.”
Betapa jelas kita saksikan lautan manusia bergumul dan tenggelam dalam mengumpulkan harta kekayaan. Modernisasi telah menjadikan kita manusia yang bersikap materialistis dan individualistis. Kita tak ubahnya seperti robot, menjadi mesin yang secara ritual terikat oleh kegiatan-kegiatan yang monoton. Kebanyakan kita telah kehilangan rasa kemanusiaan, rasa sayang bahkan toleransi antar saudara. Sebagai gantinya kita mengembangkan sifat kasar dan egois. Bahkan untuk memperoleh keuntungan material, kita sudah tak lagi sempat memperhatikan keluarga kita sendiri.
Ketamakan akan dunia ini memang sudah di singgung oleh Rasulullah, beliau berbicara tentang satu masa dimana ummat manusia akan terjangkit sebuah penyakit yang mematikan, yaitu penyaki Wahn, Penyakit Wahn adalah suatu ungkapan yang bermaksud cinta dunia dan takut mati.
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ . فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Dari Tsauban, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah SAW: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “apa saat itu kita sedikit?” jawab beliau “bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah ap aitu wahn?” beliau menjawab “cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Inilah fitnah akhir zaman yang sangat mengkhawatirkan; yaitu merebaknya ideologi materialisme. Bahwa materi, harta kekayaan atau jabatan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia dipandang sebagai orang yang mulia, dan semakin sedikit materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai orang yang hina dan tidak patut dihormati. Naudzubilahi min dzalik.
Di tengah hegemoni materialism yang mengkhawatirkan, kita sangat bersyukur, karena kita masih memiliki sandaran dalam menata kehidupan. Islam hadir sebagai salah satu agama yang mengajarkan tentang pentingnya menata keimanan, mempertahankan ketaqwaan. Dan Islam juga hadir sebagai agama solusi atas carut marutnya system kapitalisme yang merupakan konsep kejahiliyaan modern. Islam mengajarkan manusia untuk mensucikan jiwa melalui ibadah-ibadah yang menenangkan hati dan mendekatkan dengan Sang Khaliq. Dan semua kekhawatiran itu hanya bisa diantisipasi dengan menyempurnakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Inilah
mengapa takwa yang menjadi tolak ukur kemulian manusia di hadapan Allah Swt. Sebab
orang yang bertaqwa tidak hanya mementingkan kebutuhan dirinya untuk sesaat
akan tetapi jangka panjang, orang yang bertaqwa tidak hanya mementingkan
akhirat akan tetapi mensejajarkan kehidupan dunia dan akhirat, dunia
baginya sebagai jembatan menuju akhirat
yang kekal dan abadi, dan hamba yang bertaqwa memiliki visi dan misi jangka
pajang.
Mari
senantiasa kita tingkatkan kualitas amal ibadah dan kadar ketaqwaan kita untuk
terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kita dapat
mengambil hikmah dari urgensi makna taqwa, kemudian kita implementasikan di
dalam tatanan kehidupan sehari-hari, sehingga kita benar-benar memperoleh
kemulian baik kemuliaan di dunia maupun kemuliaan di akhirat kelak, begitu pula
kemulian di mata manusia terlebih lagi di mata Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar