Senin, 26 Agustus 2024

Tawakkal Penghapus Resah

 

Anwar Anshori Mahdum

Tawakkal merupakan kebutuhan pasti bagi siapapun yang  mengharapkan ketenangan diri. Inilah sarana yang di persiapkan Allah kepada orang-orang beriman dalam menjalankan kehidupan yang begitu syarat cobaan dan jujian ini.  Buah dari tawakal kepada Allah adalah memberikan pengaruh yang sangat besar kepada jiwa kita, antara lain; ketenangan, ketentraman, kekuatan, kemuliaan, ridha dan harapan yang  penuh dengan keyakinan. 

Tawakkal adalah berserah diri, mempercayakan atau mewakilkan  hidup sepenuhnya hanya kepada Allah, bersandar kepada kekuatan-Nya saat menghadapi kesukaran hidup. “Orang yang bertawakkal kepada Allah adalah orang yang mengetahui bahwa Allah adalah penanggung rizkinya dan urusanya. 

Hakekat tawakkal adalah ketergantungan hati secara jujur kepada Allah guna meraih kemaslahatan-kemaslahatan atau menolak bencana-bencana, baik dalam urusan duniawi maupu ukhrawi, dan merealisasikan keimanan bahwa tiada yang dapat memberi mudharat dan memberi manfaat, melainkan Allah. 

Tawakkal kepada kepada Allah merupakan bagian dari kesadaran akidah dan akhlakul karimah seorang muslim:“….(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". Qs. Ali-Imran [3]:173

Al-Alamah Al-Manawi dalam Faidul qadir berkata: Tawakkal adalah menampakan kelemahan dan penyandaran (diri) kepada yang di tawakkali.”. Ibnul Qayyim menambahkan: bahwa tawakal adalah separuh dien, dan separuh lainnya adalah inabah (kembali kepada Allah). Dien adalah isti’anah (memohon pertolongan kepada Allah) dan ibadah. Tawakkal adalah isti’anah, sedangkan inabah adalah ibadah. Bahkan tawakkal adalah ibadah yang murni dan tauhid yang murni pula, jika orang yang bertawakkal tersebut melaksanakan tawakkal itu dengan sebenarnya.

Sikap tawakkal dan bersandar penuh kepada Allah adalah solusi bagi kegelisahan jiwa.“…Mereka menjawab, “Cukuplah Allah bagi kami dan Dia lah sebaik-baik pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah memiliki karunia yang sangat besar. (Q.S Ali Imran: 173-174)

Jiwa yang meyakini bahwa Allah-lah yang mencukupinya dan mencukupkan Allah baginya. Dia tidak memerlukan pertolongan dan perhatian manusia. Dia tidak harus mencari-cari perhatian atasannya, menangis dan mengemis mengharap belas kasih orang lain. Karena dia tahu orang lain pun memiliki kesulitan dan kebutuhan yang sama. 

“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya lah aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.” (Q.S At-Taubah: 129)

Bagaimana jiwa tak tenang bila ia yakin Allah yang menjaga dan mencukupkan segala kebutuhan, mengurus segala masalah dan melindunginya dari segala bentuk kejahatan (QS.Ath-Thalaq:3). Ditambah dengan hadirnya cinta Allah kepada hamba yang bertawakkal. Cinta Allah akan mengundang perhatian, pertolongan dan solusi dari Allah atas berbagai permasalahan hidup. Bagai seorang yang mencintai orang lain, ia akan memperhatikan dan mencukupi segala kebutuhannya.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...