Sabtu, 17 Agustus 2024

Indahnya Ukhuwah

Anwar Anshori Mahdum

 Di zaman yang penuh fitnah dan perpecahan seperti saat ini rasa ukhuwah (persaudaraan) menjadi sesuatu yang sangat mahal. Hanya karena mengejar kepentingan pribadi atau golongan seringkali ukhuwah disisihkan atau bahkan tidak digubris sama sekali. Disisi lain, sebagian orang memahami dan menerapkan ukhuwah dengan cara yang salah.  Berdalih “menjaga ukhuwah” mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Berdalih “menghidari perpecahan” mereka tidak mau mengatakan yang haq dan mendiamkan sesuatu yang batil.

Dalam lintasan sejarah, ukhuwah yang dibangun Rasulullah dan para sahabat menjadi kunci keberhasilan dakwah Islam yang sejak 14 abad silam disebarluaskan dan sampai ke masa sekarang. Pada saat mereka didiskriminasi, diancam, bahkan diperangi oleh kaum kafir di Makkah, Rasulullah dan para sahabat berhijrah ke Madinah. Rasulullah dan para sahabat berangkat sebagai kaum muhajirin atau yang berhijrah. Sedangkan umat Islam di Madinah disebut dengan kaum anshar atau para penolong. Mereka yang di Madinah menyambut kedatangan Rasulullah dengan suka cita. Bangga dapat hidup berdampingan dengan kekasih Allah. Kaum Anshar menyambut kaum muhajirin dengan perkataan berikut ini. “Diyruna diyarukum, wa amwaluna amwalukum, wa tijaratuna tijaratukum, wa nahnu jami’an ahlukum wa ashdiqaukum.” Artinya rumah kami adalah rumah kalian, harta benda kami adalah harta benda kalian, perdagangan kami adalah kongsi antara kami dan kalian. Kami semua adalah keluarga dan teman-teman kalian. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS Al Hujurat [49]:10)

Dalam ayat ini Allah meng-hashr /menekankan bahwa seolah-olah sifat orang mukmin itu adalah hanya bersaudara (padahal disana banyak sekali sifat kaum muslimin yang lainnya). Hal ini tidak lain menunjukkan bahwa sifat persaudaraan diantara kaum muslimin itu penting dan agung sekali.  Dalam Hadist yang shahih disebutkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَدِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلَ الْجَسَدِالْوَاحِدِ ,إِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِوَالْحُمَّ 

“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, rahmat dan perasaan di antara mereka adalah bagai satu jasad. Kalau salah satu bagian darinya merintih kesakitan, maka seluruh bagian jasad akan ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam” [HR Muslim. Dalam hadist lainnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya seperti sebuah bangunan, saling menguatkan satu dengan yang lainnya”. Beliau sambil menjalinkan jari-jemari beliau [HR Bukhari dan Muslim ).

 Kiranya cukup menjadi gambaran betapa indahnya ukhuwah islamiah adalah apa yang dialami para sahabat Rasulullah. Dahulu sebelum Islam datang, jazirah Arab dipenuhi permusuhan dan pertumpahan darah. Setelah Islam datang mereka menjadi orang-orang yang bersaudara, yang saling mencintai karena Allah. Allah berfirman: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Al Imran [3]: 103)

Jelas bahwa kaum muslimin seluruhnya saudara satu dengan yang lainnya, meskipun berbeda-beda warna kulit dan bahasa mereka. Meskipun kampung dan Negara-negara mereka terpencar, Islam telah menyatukan mereka diatas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

 Islam melarang hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan diantara kaum muslimin. Allah menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga ukhuwah diantara mereka, diantaranya: mendamaikan jika berselisih, tidak saling merendahkan (menghindari mencela dan memberi panggilan yang buruk, tidak su’udzan dan menghargai perbedaan. Semua ajaran itu terekam dalam firman Allah: 

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.  Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujuraat [49]:10-13)

Sungguh manusia itu tidak sama satu dengan yang lainnya. Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kadang kala seseorang diberi sifat galak, namun pemurah dan baik hati. Disisi lain ada seseorang yang santun dan pemalu tetapi ternyata kurang amanat dan lainnya. Maka hendaknya kita merenunginya dan berusaha bersikap yang berbaik. Dan hendaknya kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Sesungguhnya hanya kebaikan dan ketaqwaanlah yang menjadi tolok ukur derajat manusia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.‎ :”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.al Hujurat[49]: 13)

Sungguh indah wasiat dari Rasulullah shallallahu‘alaihi wassalam“Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya. Ketakwaan itu di sini -beliau menunjuk ke dadanya dan beliau mengucapkannya 3 kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan jelek akhlaknya jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan mengganggu darah, harta, dan kehormatan muslim lainnya.” [HR. Muslim ]

*****

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...