Minggu, 01 September 2024

Menyikapi Ujian Sakit


Anwar Anshori Mahdum

Sakit, apapun jenisnya, sebesar apapun kadarnya dan selama apapun waktunya, kehadirannya sangat tidak diharapkan. Kenikmatan menjadi hilang, pekerjaan menjadi terhalang, bahkan kebersamaan terasa tak nyaman. Dalam keadaan sakit terkadang pertanyaan muncul dalam benak kita, “Mengapa Allah memberikan sakit ini?”, Apa salah saya hingga ujian sakit seberat ini”?. “Apakah Allah sedang menguji saya”?.

Sahabat, Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah Subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah Subhanahu wa ta’ala pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk takdir.

Penyikapan manusia saat di berikan penyakit berbeda-beda, tergantung kualitas daya tahan imun dan daya tahan imannya. Ada yang memahami musibah itu dengan baik, sehingga dia bisa ridha terhadap ujian yang Allah berikan. Dia berkeyakinan bahwa ujian ini adalah sumber pahala baginya. Sehingga sama sekali dia tidak merasa telah didzalimi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Di saat itulah, Allah akan memberikan keridhaan dan pahala yang besar kepadanya. Sebaliknya, ada orang yang menyikapi musibah itu dengan cara yang salah. Dia menganggap sakit ini adalah kezaliman dan ketidakadilan..

وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ                

“Sesungguhnya Allah ketika mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka dengan musibah. Siapa yang ridha dengan musibah itu maka dia akan mendapatkan ridha Allah. Sebaliknya, siapa yang marah dengan musibah itu maka dia akan mendapatkan murka Allah.” (HR. Ahmad 23623, Tirmidzi 2396 dan dishahihkan al-Albani).

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jika memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui."(QS. an Nisaa [4]:147)

Sahabat, setiap orang pernah mengalami sakit, sebab ia adalah siklus-hidup. Karena itu, sakit tidak dapat dihindari, yang terpenting adalah bagaimana menyikapi sekaligus menghayati sakit. Sikap terbaik terhadap sakit adalah syukur, sabar, dan optimistis. Syukur karena jika dihitung masa sakit lebih sedikit dari masa sehat. Sabar karena ia adalah penolong dalam menaklukkan segala cobaan hidup.  Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS Al-Baqarah [2]:45).

Selain hikmah di atas, sakit yang di derita seorang muslim sesungguhnya adalah jembatan kesadaran untuk membangun pengharapan. Apalagi  sakit yang telah sekian lama tak kunjung sembuh.  Sakit dihadirkan Allah Swt untuk meruntuhkan kepongahan sifat duniawi kita, sekaligus mengasah kepekaan bathiniyah kita. dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk sembuhnya penyakit ini kecuali hanya kepada-Mu.”

Sudah selayaknya bagi setiap mukmin untuk kemudian bertambah imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti orang-orang munafik yang tidak mau bertaubat atau tidak mau mengambil pelajaran saat mereka diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala. “Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS. At-Taubah [9]: 126).

 Begitu cintanya Allah kepada kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat segera bertaubat sebelum ajal menjemput kita. Dari ‘Aisyah radhiyallahu‘anha ia berkata, “Aku mendengar Rasulallah Shallallahu ‘alaihi Wassalam  bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya,” (HR.Muslim)




1 komentar:

  1. Masya Allah.
    Syukron ustd atas pencerahan nya.
    Sehingga membuat rasa bersyukur walaupon sedang sakit

    BalasHapus

Amalan Tergantung Akhirnya

Anwar Anshori Mahdum Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapankah kita akan meninggal, dan dengan cara ...